Breaking News >> News >> Voice of America


Wiwin Nospitalia Berdayakan Petani Garam lewat Produk Perawatan Kulit


Link [2022-03-12 16:19:03]



Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), terdapat sekitar 10 tempat produksi garam rakyat. Dahulu kita hanya mengenal Kabupaten Sumenep di Madura sebagai penghasil garam, namun kini petani garam tersebar di seluruh pulau Jawa. Kini garam tidak hanya sebagai bumbu masak, namun juga untuk bahan perawatan kulit seperti sabun. Dari 10 tempat produksi garam di Indonesia, salah satunya terdapat di Pangandaran, Jawa Barat. Para petani garam di sana bisa memproduksi 3 kwintal garam setiap panen. Garam biasanya dipanen dua kali dalam seminggu dari kubah atau tunel sebagai tempat pembuatan garam yang berukuran 3×7 meter. Dari garam ke sabun Dalam perkembangannya, kini garam tidak hanya sebagai penyedap rasa, namun juga sebagai bahan campuran untuk merawat kulit. Seorang perajin sabun, Wiwin Nospitalia, 48 tahun, tertarik mengembangkan garam ketika mengunjungi kampung halamannya di pantai Madasari, 10 kilometer dari Pangandaran, Jawa Barat. Ia melihat para petani garam di sana bisa menghasilkan garam yang putih bersih, bermutu tinggi, namun hanya dijual murah. Wiwin yang memang seorang perajin sabun merasa tergugah untuk membantu usaha petani garam itu. Ia tertarik untuk membuat sabun garam, karena ia memahami bahwa unsur garam bermanfaat untuk perawatan kulit. “Nenek saya dulu suka merendam kaki dengan air garam. Dengan bahan baku garam, saya campur dengan bahan sabun hasilnya bagus. Saya coba ke teman-teman di komunitas sabun dan lingkungan,” ujar Wiwin kepada VOA. Usaha Wiwin mendapat dukungan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan Usaha Kecil Menengah (PPUKM). Mantan Kasudin PPUKM Jakarta Selatan, Indro Martono, SH, MM yang kini menjabat Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mengatakan, “Pertama pemberdayaan masyarakat, yang kedua mengangkat kearifan lokal, untuk menjaga ekosistem. Nah, itu nanti larinya pendukung pengurangan sampah. Tidak semata-mata garam itu terbuang begitu saja, jadi mampu memberi nilai tambah. Selama ini kita menganggap garam untuk bumbu masak saja, tetapi di tangan Wiwin, bisa maju untuk masyarakat petani garam di sana.” Memanfaatkan kearifan lokal Apalagi kekayaan alam di sekitar tambak garam itu juga sangat mendukung untuk industri pembuatan sabun yang dicampur dengan bahan-bahan lain, yang kebetulan juga dihasilkan di desa Madasari. “Madasari ini unik, ada garam, ada kelapa, ada beras. Sebenarnya ada daun kelor juga. Jadi saya juga mencoba dengan sabun garam beras.” Untuk pengharum sabun, Wiwin Nospitalia yang menamai produk sabunnya West Java Mahakarya itu, memakai aroma dari bunga mawar dan melati. Sebagian besar produknya menggunakan bahan-bahan alami yang direbus sampai enam jam dan dicetak menjadi sabun batangan. Selain membuat sabun, kini Wiwin lebih sering menjadi pengajar cara membuat sabun di berbagai komunitas, seperti Persit Kartika Candra, Bhayangkari dan di lingkungan pengusaha kafe. Selain itu, para pemilik salon kecantikan dan spa sering memesan sabun garam beras buatannya. Tanpa kenal lelah perempuan ini terus melakukan uji coba membuat berbagai sabun. Kini Wiwin mencoba membuat sabun dengan bahan ampas kopi. Mengakhiri perjumpaannya dengan VOA, Wiwin mengatakan ia puas bisa mengangkat potensi yang terdapat di desanya, sekaligus membantu penduduk di sana memperoleh pendapatan dan mengajarkan ketrampilannya membuat sabun di manapun. [ps/em]



Most Read

2024-09-16 15:09:14