Angka kematian resmi akibat COVID-19 di seluruh dunia hampir melampaui enam juta. Hal ini menandai bahwa pandemi, yang memasuki tahun ketiga, masih jauh dari selesai. Perkembangan baru itu terjadi ketika situasinya mulai berubah di mana orang-orang mulai melepas masker, melakukan perjalanan dan membuka bisnis di seluruh dunia. Jumlah kematian yang didata oleh Universitas Johns Hopkins, mencapai 5.998.753 pada Minggu (6/3) malam. Negara-negara kepulauan terpencil di Pasifik, yang selama lebih dari dua tahun terisolasi dari pandemi, kini baru mulai menghadapi wabah dan kematian pertama, yang dipicu varian omicron yang sangat menular. Hong Kong, yang angka kematiannya melonjak, mengetes seluruh penduduknya tiga kali pada bulan ini, mengikuti strategi "nol COVID" yang digagas oleh China. Meski tingkat kematian tinggi di Polandia, Hungaria, Rumania dan negara-negara Eropa timur lain, kawasan itu kini kedatangan lebih dari satu juta pengungsi dari Ukraina yang dilanda perang. Kyiv sendiri diketahui memiliki cakupan vaksinasi yang rendah dan tingkat kasus dan kematian yang tinggi. Sementara di AS, meski cakupan vaksinasinya tinggi, negara itu hampir mendekati angka satu juta kematian. Tingkat kematian di seluruh dunia masih tertinggi di kalangan orang-orang yang belum divaksin, kata Tikki Pang, seorang profesor di fakultas kedokteran Universitas Nasional Singapura dan salah seorang ketua Koalisi Imunisasi Asia Pasifik. "Sebagian besar kematian dan kasus-kasus yang parah adalah mereka yang tidak divaksin, yang merupakan populasi yang paling rentan." Kini jumlah kematian hampir mencapai enam juta. Jumlah tersebut melebihi populasi gabungan Berlin dan Brussels di Eropa, atau seluruh penduduk negara bagian Maryland, AS. [vm/rs]