Nestle, Kamis (27/1) meluncurkan rencana baru memerangi risiko pemanfaatan pekerja anak di industri kakao atau coklat, dengan insentif tunai kepada rumah tangga petani kakao yang mendaftarkan anak mereka ke sekolah. Raksasa makanan Swiss mengatakan pihaknya merencanakan untuk menambah pengeluaran menjadi 1,3 miliar franc Swiss ($ 1,4 miliar) pada tahun 2030, tiga kali lipat dari investasi tahunan saat ini ke dalam sebuah program yang bertujuan mendorong sekolah dan praktik pertanian regeneratif. Industri coklat selama bertahun-tahun menghadapi tuduhan berbuat tidak cukup untuk menghapus pekerja anak dari rantai pasokan, dimana praktik itu masih berlangsung di banyak negara miskin penghasil kakao. Nestle, yang memiliki coklat merek Smarties dan KitKat, dalam sebuah pernyataan menjelaskan rencana mengatasi masalah tersebut dengan memberikan bonus yang bertujuan meningkatkan kondisi kehidupan keluarga di perkebunan kakao. Insentif itu merupakan tambahan atas nilai premi yang telah diperkenalkan melalui pemerintah di Ghana dan Pantai Gading, serta premi yang telah dibayarkan sejumlah perusahaan multinasional untuk kakao bersertifikat. "Tujuan kami untuk memberikan dampak positif tambahan secara nyata bagi banyak keluarga petani kakao yang terus bertambah, terutama di daerah di mana kemiskinan tersebar luas," kata kepala eksekutif Nestle Mark Schneider. "Kami berharap dapat membantu meningkatkan kehidupan keluarga petani kakao dan memberi anak-anak kesempatan untuk belajar." Pantai Gading dan negara tetangga Ghana adalah dua pemasok kakao terbesar di dunia. Pantai Gading menyumbang lebih dari 40 persen produksi dunia, dan sedikitnya 20 persen dari Ghana. Lebih dari separuh petani kedua negara Afrika itu hidup di bawah garis kemiskinan. [mg/jm]