Perdana Menteri Inggris Boris Johnson hari Kamis (21/4) memulai kunjungan ke India untuk memperdalam hubungan perdagangan dengan salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Menjelang lawatan itu ia mengatakan kedua negara berharap dapat menandatangani kesepakatan perdagangan bebas pada akhir tahun nanti. Johnson dan Perdana Menteri India Narendra Modi diperkirakan juga akan membahas krisis Ukraina. Meskipun Johnson telah mengisyaratkan bahwa ia tidak akan “mengajari” New Delhi atas sikap netralnya terhadap permusuhan, atau keputusan India meningkatkan impor minyak Rusia, yang menimbulkan kejengkelan negara-negara Barat. “India dan Rusia secara historis memiliki hubungan yang sangat berbeda, dibandingkan dengan hubungan Rusia dan Inggris dalam beberapa dekade terakhir. Kita harus mengakui kenyataan itu,” ujar Johnson di kota Ahmedabad, di negara bagian Gujarat Barat di mana ia memulai kunjungan dua hari. Ketika bertemu para pemimpin bisnis di Ahmedabad, Johnson mengatakan lawatan itu akan menghasilkan investasi dari India ke Inggris bernilai sekitar 1,3 miliar dolar. Perjanjian komersil itu diharapkan akan menciptakan hampir 11.000 lapangan pekerjaan di Inggris, di sektor-sektor seperti rekayasa perangkat lunak dan kesehatan. Johnson dan Modi dijadwalkan melangsungkan pertemuan hari Jumat (22/4). Johnson mengatakan ada peluang untuk memperdalam kemitraan strategis dan pertahanan antar kedua negara ketika Inggris memasukan “Indo-Pacific tilt” dalam strategi keamanan nasionalnya. “India dan Inggris sama-sama khawatir tentang otokrasi di seluruh dunia, kami berdua adalah negara demokrasi dan ingin tetap bersatu,” ujarnya pada wartawan. Negara-negara Barat, termasuk Inggris, telah menekan India untuk menentang perang Rusia di Ukraina. Tetapi India, yang merupakan pembeli terbesar senjata Rusia di dunia, telah menolak mengutuk invasi dan justru menandatangani kesepakatan untuk membeli lebih banyak minyak dari Rusia. Inggris juga berharap dapat melepaskan India dari ketergantungannya pada senjata Rusia. Sebelum kedatangan Johnson, juru bicara perdana menteri Max Blain mengatakan Inggris akan bekerjasama dengan negara-negara lain untuk memberikan opsi alternatif guna pengadaan pertahanan dan energi bagi India, tetapi “tidak mengajari pemerintah lain yang terpilih secara demokratis tentang tindakan apa yang terbaik bagi mereka.” Analis di New Delhi mengatakan India tidak mungkin mengubah posisi diplomatik yang telah diambilnya terhadap krisis Ukraina, dan menunjukkan bahwa ada batasan seberapa banyak Inggris dapat membantu India, terutama dalam hal piranti keras militer penting yang berasal dari Rusia. [em/jm]