Politics >> Voice of America


Pengamat: Sanksi Baru Bagi Korea Utara Kecil Kemungkinan Meredam Ambisi Nuklirnya


Link [2022-04-14 09:57:44]



Meskipun Amerika Serikat (AS) telah menyerukan penerapan sanksi baru bagi Korea Utara, para pakar berpendapat, peningkatkan penegakkan sanksi yang sudah ada mungkin lebih dapat memberi tekanan kepada rezim itu agar meredam ambisi nuklirnya, terlebih ketika Pyongyang merayakan pencapaian nuklirnya. AS dan Korea Selatan meyakini Pyongyang dapat melakukan uji coba nuklir saat memperingati ulang tahun ke-110 pendiri Korea Utara, Kim Il-sung, pada Jumat (15/4) mendatang – biasa disebut Hari Matahari. Korea Utara terakhir kali melakukan uji coba nuklir tahun 2017. Pada pekan ini pula, Korea Utara memberi penghormatan atas pencapaian Kim Jong-un, cucu Kim Il-sung, untuk dekade pertama kepemimpinannya. Salah satu pencapaian terpenting yang dikutip adalah pengembangan senjata nuklir yang terus berlanjut. Kim Jong-un memulai pendakiannya ke tampuk kekuasaan ketika sang ayah, Kim Jong-il, meninggal dunia pada 2011. Sejak menjadi ketua Partai Buruh Korea Utara pada 2012, dan segera setelah menjabat ketua pertama Komisi Pertahanan Nasional – organisasi pemerintahan tertinggi saat itu di Korea Utara – Kim telah memantau empat dari enam uji coba nuklir. Kim Jong-il melakukan sisanya pada 2006 dan 2009. Menjelang kedua peringatan itu, citra satelit menunjukkan Korea Utara tengah bersiap untuk melancarkan uji coba nuklir di Punggye-ri. Pyongyang menutup sebagian terowongan di lokasi tersebut setelah peledakan pada 2018 di hadapan dunia internasional. Situs itu beserta terowongan-terowongannya digunakan untuk uji coba nuklir bawah tanah. Setelah Korea Utara melancarkan uji coba nuklir pertamanya pada 2006, Dewan Keamanan PBB menerapkan sanksi untuk membatasi program nuklir dan rudal negara itu. Seiring waktu, dengan semakin banyaknya uji coba yang dilakukan, semakin banyak pula sanksi yang dikeluarkan untuk memperketat aktivitas impor dan ekspor Korea Utara, demi mencegah pendanaan program senjata nuklir rezim itu, terutama pada 2017 sebagai tanggapan terhadap uji rudak balistik antarbenua yang dilakukan Korut. “Menambah lebih banyak sanksi tidak akan mengubah apa pun secara fundamental” bagi Korea Utara untuk mengubah pendiriannya, kata Bradley Babson, mantan penasihat Bank Dunia dan anggota dewan penasihat Korea Economic Institute of America. “Saya hanya merasa hal itu tidak akan menambah tekanan berarti,” ujarnya kepada VOA Korea. William Brown, mantan analis CIA yang terus memantau dari dekat perekonomian Korea Utara, mengatakan bahwa sanksi-sanksi yang sudah berlaku saat ini “sudah cukup berat, sangat berat.” Ia menambahkan, “Mereka sudah melarang sebagian besar ekspor Korea Utara, dan cukup banyak impor Korea Utara. Maka itu, masalahnya bagi saya bukanlah tentang penambahan lebih banyak sanksi, (tetapi) melanjutkan penegakkan sanksi yang sudah diterapkan.” AS telah menyerukan resolusi baru PBB tentang Korea Utara setelah rezim itu melakukan uji coba rudal balistik antarbenua pada 24 Maret lalu. [rd/jm]



Most Read

2024-09-20 00:51:09