Para atlet tenis Rusia tidak akan diizinkan berkompetisi di Wimbledon pada tahun ini sebagai konsekuensi invasi Moskow ke Ukraina, menurut sebuah laporan di situs berita industri olahraga Sportico, Selasa (19/4). Awal bulan ini, All England Lawn Tennis Club (AELTC), yang menyelenggarakan Grand Slam di lapangan rumput, mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah Inggris tentang partisipasi pemain dari Rusia dan Belarus. Penyelenggara mengatakan pihaknya berencana mengumumkan keputusan tersebut pada pertengahan Mei menjelang batas waktu masuk untuk turnamen 27 Juni-10 Juli. AELTC tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut. Larangan terhadap pemain Rusia akan membendung petenis nomor dua dunia Daniil Medvedev dan Andrey Rublev, peringkat delapan, untuk bersaing di nomor tunggal putra. Larang itu juga akan menahan langkah Anastasia Pavlyuchenkova, petenis putri peringkat 15 dunia, untuk berkiprah di turnamen Grand Slam tersebut. Laporan itu mengatakan tidak jelas apakah pemain dari Belarus juga akan dilarang bertanding di Wimbledon. Belarus adalah area kunci bagi pasukan Rusia dalam invasi, yang Moskow sebut sebagai "operasi khusus." Badan tenis dunia melarang Rusia dan Belarusia dari kompetisi tim internasional setelah invasi. Atlet individu diizinkan untuk bersaing dalam tur tetapi tidak di bawah nama atau bendera negara mereka. Badan pengatur tenis melarang Rusia dan Belarusia dari kompetisi tim internasional setelah invasi. Atlet individu diizinkan untuk bersaing dalam tur tetapi tidak di bawah nama atau bendera negara mereka. Menteri Olahraga Inggris Nigel Huddleston mengatakan bulan lalu bahwa dia tidak akan nyaman dengan "atlet Rusia yang mengibarkan bendera Rusia" dan memenangkan Wimbledon di London. [ah/rs]