Pertumbuhan ekonomi Indonesia naik pada kuartal terakhir tahun lalu karena konsumsi bergairah setelah pelonggaran pembatasan terkait virus corona. Selain itu, harga komoditas yang lebih kuat juga mendorong ekspor ke rekor tertinggi. Ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu tumbuh 5.02 persen setahun pada kuartal Oktober-Desember, dibandingkan dengan pertumbuhan 3.51 persen pada kuartal sebelumnya, menurut data Badan Pusat Statistik pada Senin (7/2). Angka itu kurang lebih sejalan dengan prediksi pemerintah dan lebih tinggi dibandingkan dengan 4.90 persen yang diperkirakan dalam poling Reuters. Sepanjang 2021, produk domestik bruto naik 3.69 persen, dibandingkan dengan penurunan 2.07 persen setahun sebelumnya, ketika perekonomian berusaha pulih dari dampak pandemi COVID-19. Namun, prospek untuk tahun ini dibayangi oleh naiknya kasus-kasus COVID-19, potensi volatilitas pasar keuangan karena pengetatan moneter global dan pengurangan stimulus moneter dan fiskal Indonesia. "Perekonomian Indonesia bangkit dengan kuat pada kuartal terakhir tahun lalu, tetapi pemulihan sekarang memasuki fase yang lebih sulit," kata analis Capital Economics Gareth Leather, seperti dilaporkan Reuters. "Omicron akan menjadi hambatan dalam kuartal pertama. Tapi hambatan yang lebih besar akan datang dari turunnya harga komoditas dan pengetatan kebijakan." Indonesia dilanda gelombang kasus COVID-19 yang mematikan pada Juli-Agustus, tapi pembatasan pergerakan dilonggarkan pada akhir Agustus ketika infeksi melandai. [vm/jm]