Aktivitas Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan pada Rabu (9/3) tengah malam hingga Kamis (10/3) dini hari. Guguran material dari kawah kali ini adalah yang tertinggi, dengan jarak luncur mencapai lima kilometer. Jarak luncuran sejauh lima kilometer itu diperoleh dari pengamatan drone yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada Kamis (9/3) pagi. Meski diperlukan perhitungan lebih tepat, tetapi menurut Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, volume material yang gugur bisa diperkirakan. “Berdasarkan jarak luncurnya yang lima kilometer ini, perkiraannya volume material adalah sekitar satu juta meter kubik, itu perkiraan. Tetapi nanti akan kita konfirmasi dengan kondisi lapangan,” kata Hanik. Material dalam kondisi panas itu turun melewati lembah menuju ke aliran Sungai Gendol. Posisi akhirnya berada tidak jauh dari kawasan wisata Kaliadem, yang populer setelah meninggalnya juru kunci Merapi, Mbah Maridjan pada 2010. Hingga Kamis (10/3) siang, asap putih masih mengepul dari material panas tersebut. Sejumlah tempat wisata di kawasan dekat luncuran material telah ditutup sementara. Aktivitas penambangan pasir juga dihentikan sejak Rabu (9/3) malam, begitu sinyal tanda kenaikan aktivitas Merapi mulai diterima. Hanik menambahkan, dalam situasi saat ini, di mana hujan masih berpotensi untuk turut, material Merapi membawa potensi bencana tambahan, yaitu banjir lahar. “Laharnya harus diwaspadai. Kalau ada material yang ada di puncak, ditambah adanya curah hujan yang tinggi, maka potensi lahar juga ada. Sekarang yang harus diwaspadai adalah tidak melakukan akfivitas di sungai,” tambahnya. Gunung Merapi saat ini memiliki dua titik kubah, di mana konsentrasi material dari perut bumi terkumpul, yaitu di sisi barat daya dan tenggara. Di sisi barat daya, material mengalami luncuran terus menerus, hampir setiap hari dalam jumlah relatif kecil dengan jarak luncur kurang dari tiga kilometer. Sedangkan kubah di sisi tenggara, yaitu sisi yang mengalami letusan dahsyat pada 2010, material lebih cenderung berkumpul di bagian tengah. Meski begitu, pada bagian tepi, kondisi tumpukan material dari perut bumi ini tidak stabil. Ketidakstabilan kubah tenggara itulah yang memunculkan awan panas guguran sangat besar pada Kamis (10/3) dini hari, dan mencapai jarak terjauh lima kilometer. Awan panas baru muncul kembali di sisi tenggara hari ini, sejak luncuran terakhir pada 25 Juni 2021. “Kubah yang di tengah memiliki material 3,2 juta meter kubik, yang di barat daya ada 1,6 juta meter kubik. Sebenarnya untuk kubah yang di tengah, percepatan pertumbuhan kubah lavanya, untuk ukuran Merapi relatif rendah,” lanjut Hanif. BPPTKG masih menetapkan potesi bahaya guguran lava dan awan panas di sektor selatan dan barat daya. Wilayah ini meliputi aliran Sungai Boyong sejauh lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh tujuh kilometer, aliran Sungai Woro sejauh tiga kilometer dan aliran Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Meski aktivitas ini berbahaya, tetapi luncuran awan panas dalam volume tidak besar justru menurunkan potensi letusan dahsyat. Setidaknya itu dibenarkan oleh Ngadiran, petugas dari Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Sleman, DIY. “Walaupun kecil-kecil itu susul menyusul, biar yang di dalam keluar, dan kalau keluar tidak begitu besar. Justru keluarnya sedikit-sedikit saja. Lebih aman,” ujarnya. TRC BPBD Sleman sendiri mulai menerima sinyal kenaikan aktivitas Merapi pada sekitar pukul 23.00 WIB pada Rabu (9/3). Ngadiran bersama rekan petugas langsung meluncur ke kawasan Kaliadem, dan mendapati guguran material panas sudah menyentuh kawasan tersebut. Tidak terjadi hujan abu di kawasan Sleman karena angin kencang bertiup ke arah barat. Menurut laporan, kata Ngadiran, hujan abu jatuh di sejumlah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Sleman. Setidaknya 193 warga, terutama lansia dan anak-anak sempat diungsikan pada Kamis (10/3) dini hari sebagai upaya antisipasi. Namun, melihat kondisi berangsur pulih normal, Kamis (10/3) pagi, para pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. [ns/ah]