Indonesia dan Qatar telah menandatangani Letter of Intent (LoI) tentang pemberian bantuan kemanusiaan dan pembangunan bagi rakyat Afghanistan. Penandatanganan tersebut merupakan komitmen kedua negara untuk terus membantu rakyat Afghanistan terutama di bidang pendidikan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia, termasuk untuk perempuan dan anak-anak . Situasi kemanusiaan yang memburuk di Afghanistan sejak Taliban berkuasa pada pertengahan Agustus tahun lalu menjadi isu utama yang dibahas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam beragam pertemuan bilateral selama berada di Doha, Ibu Kota Qatar. Dalam jumpa pers secara virtual dari Doha, Senin (28/3), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan ia dan Menteri Luar Negeri Qatar Muhammad bin Abdurrahman al-Thani kemarin menandatangani Letter of Intent (LoI) tentang pemberian bantuan kemanusiaan dan pembangunan bagi rakyat Afghanistan. Dia menambahkan Letter of Intent tersebut menunjukkan komitmen Indonesia dan Qatar untuk terus membantu rakyat Afghanistan, terutama di bidang pendidikan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia, termasuk untuk kaum hawa dan anak-anak perempuan Afghanistan. Retno juga menyampaikan keprihatinan Indonesia karena Taliban masih melarang perempuan pelajar sekolah menengah atas untuk bersekolah. Dia menekankan pendidikan untuk perempuan sangat penting bagi masa depan rakyat Afghanistan. "Bantuan yang didesain untuk jangka panjang terdiri dari beasiswa untuk perguruan tinggi, kemudian pelatihan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Afghanistan dan penyelenggaraan dialog mengenai peran perempuan di Afghanistan," kata Retno. Selama di Qatar, Retno bersama Asisten Menteri Luar negeri Qatar Lulwah binti Rasyid al-Khatir mengadakan pertemuan informal dengan pejabat Menteri Luar Negeri pemerintahan Taliban di Afghanistan Amir Khan Muttaqi. Amir Khan Muttaqi, katanya, menyambut baik tawaran Indonesia dan Qatar untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia bagi rakyat Afghanistan dalam jangka panjang. Retno menegaskan prioritas utama bagi Indonesia adalah terciptanya Afghanistan yang aman, damai dan sejahtera bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan itu, lanjutnya, Indonesia terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan semua pihak dan mencoba terus menjalankan posisi sebagai penghubung. Dia mengklaim dunia sangat menghargai peran yang selama ini dimainkan Indonesia dalam isu Afghanistan. Retno menambahkan banyak sekali pihak yang ingin bertemu dengan dirinya selama berada di Doha, khususnya untuk membahas masalah Afghanistan. Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan Keterlibatan Indonesia dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Afghanistan tidak harus dimulai dengan memberikan pengakuan diplomatik terhadap pemerintahan Taliban. "Begitu nanti (situasi di) Afghanistan semakin membaik dan juga pemerintahan yang baru itu minimal memenuhi janji-janji berkaitan dengan tuntutan internasional, bisa saja nantinya pengakuan itu diberikan," ujar Yon. Yon menambahkan, pengalaman dalam mengelola kemajemukan masyarakatnya bisa membawa Indonesia untuk membantu Taliban membawa Afghanistan menjadi lebih baik. Dia memperingatkan kalau Taliban tidak dibantu, dikucilkan atau bahkan diberi sanksi, maka dampaknya akan meluas ke rakyat Afghanistan dan memperburuk kondisi di negara tersebut. Menurut Yon, jika Afghanistan mengarah ke negara gagal maka hal ini bisa menjadi lahan subur bagi berkembangnya kelompok-kelompok teroris dan itu berdampak bagi seluruh negara di dunia. Januari lalu Indonesia telah mengirim dua pesawat yang mengangkut bantuan kemanusiaan berupa kebutuhan pangan dan nutrisi untuk rakyat Afghanistan. [fw/em]