Karachi adalah kota pelabuhan yang sibuk yang berpenduduk 15 juta orang. Kota terbesar di Pakistan ini, kerap mengalami gelombang panas ekstrem, dengan suhu kadang-kadang mencapai 44 derajat Celsius. Sekarang ini sebuah taman kumuh di sana diubah menjadi hutan kota dan ada rencana untuk meniru proyek tersebut di berbagai penjuru negara itu. Hutan kota di jantung Karachi bagaikan oasis di sana. Hutan ini terletak di antara bangunan apartemen tinggi di kota tersebut. Taman yang enam tahun silam itu kumuh, kini memiliki 55 spesies tanaman di area seluas 1,2 hektare, dan menjadi surga bagi satwa liar. Orang di balik visi ini adalah Shahzad Qureshi. Kecintaannya pada pepohonan dan keanekaragaman hayati menginspirasinya untuk membangun Hutan Kota untuk mengembalikan alam ke jantung kota itu. Qureshi mengatakan, "Kata hutan membawa gambaran mengenai sesuatu yang sangat jauh, dipenuhi hewan dan perlu usaha untuk mendatanginya. Kita dapat memiliki petak-petak kecil hutan di dalam permukiman, hunian manusia dan sebagai hutan tanaman yang lebat yang membawa berbagai manfaat bagi orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Jadi ini adalah salah satu tujuan, taman-taman kami yang telah bobrok, yang sama sekali hancur, dapat dipulihkan dengan spesies asli daerah tersebut.” Mereka menggunakan metode Miyawaki, diambil dari nama ahli botani Jepang, mendiang Akira Miyawaki, yang menganjurkan penggunaan campuran spesies asli sewaktu menanam pepohonan. “Spesies nonasli telah dicoba sebelumnya dan ini terbukti merusak bagi iklim kota dan daerah iklim setempat,” kata Qureshi. “Teknik ini hanya berbasis spesies asli, tanpa bahan kimia, tanpa pestisida, tanpa pupuk.” Kebutuhan air bagi hutan itu dipenuhi oleh dua saluran lahan basah di mana pepohonan membersihkan limbah dari saluran terdekat, jelasnya. "Kami membangun saluran pengolahan lahan basah agar kita dapat mengambil air dari saluran pembuangan, membersihkannya dengan alas gelagah dan menyimpannya di danau yang kami buat di bagian belakang. Jadi ini sepenuhnya dibangun dan ditanam dengan air yang diperoleh dari saluran limbah, dibersihkan oleh pohon-pohon itu sendiri,” jelasnya. Qureshi mengatakan sebagian besar pohon di hutan itu memerlukan pemeliharaan minimal. Ia ingin menghubungkan warga setempat dengan alam, berbagi manfaat tinggal di dekat pepohonan. Di Jepang, metode ini disebut shinrin-yoku, yang artinya forest bathing. Ini adalah praktik di mana kita menyatukan diri dengan alam untuk meningkatkan kesehatan kita. Manfaat shinrin-yoku resmi diakui pada awal 1980-an oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang. Meskipun tampak jelas bahwa berjalan-jalan di hutan baik untuk kita, ada pula riset mengenai dampak fisiologis yang menunjukkan kegiatan itu dapat menurunkan tekanan darah, detak jantung dan hormon stres. Fatima Hussain, seorang warga setempat dan juga guru, menikmati manfaat berjalan-jalan di taman itu. Ia mengatakan,"Saya merasa inilah apa yang seharusnya benar-benar terhubung dengan manusia, karena alam adalah bagian paling penting. Dan jika kita hanya masuk ke gedung-gedung beton lalu terputus hubungan dengan alam, maka tak ada lagi yang tersisa.” Proyek ini mendapat dukungan finansial dari keluarga-keluarga yang tinggal di dekat hutan, sektor korporasi serta konsulat Jerman dan AS di Karachi. Tim Hutan Kota menyatakan mereka telah membangun delapan hutan mini di Karachi dan 2 di Lahore, dan sedang berupaya menyebarkan gagasan itu ke kota-kota lain di Pakistan. [uh/ab]