Kesuksesan sebuah film baru berlatar belakang Kashmir di tahun 90-an telah mempertajam perpecahan politik di India dan memicu peninjauan kembali kampanye yang disertai kekerasan terhadap warga Hindu di kawasan berpenduduk mayoritas Muslim yang terjadi 30 tahun yang lalu. “The Kashmir Files” yang disutradarai Vivek Ranjan Agnihotri menggambarkan pengungsian warga Hindu di Kashmir, yang dikenal sebagai “pandits” dari kawasan itu pada awal 90-an. Film tersebut merupakan narasi fiktif tentang seorang mahasiswa yang mengetahui orang tuanya yang adalah warga Hindu Kashmir dibunuh oleh militan Islamis, dan bukan dalam sebuah kecelakaan sebagaimana diceritakan oleh kakeknya. Film itu dipromosikan secara bersemangat oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa dan memiliki agenda nasionalis Hindu, serta dituduh menghasut rasa benci terhadap 200 juta warga Muslim India sebagai sebuah strategi untuk memenangkan pemilihan. Perdana Menteri India Narendra Modi secara pribadi bertemu dengan sutradara dan produser film itu segera setelah dirilis dan mengungkapkan apresiasinya. Para selebriti dan pemimpin politik mendesak orang agar menonton film ini. Menteri untuk Pengembangan Perempuan dan Anak, Smriti Irani memasang cuitan, “Tontonlah … sehingga sejarah ini yang berlumuran darah dari orang-orang tak bersalah tidak pernah akan terulang lagi.” Pungutan pajak yang menyebabkan naiknya harga tiket telah dihapus di kebanyakan negara bagian yang dikuasai BJP. Di Madya Pradesh, polisi diberikan satu hari cuti agar bisa menonton film itu. Namun di ibu kota New Delhi, Menteri Utama Arvind Kejriwal menolak tuntutan dari para legislator BJP agar film itu dinyatakan bebas pungutan pajak. Katanya, “pasang saja di YouTube, maka film itu gratis untuk ditonton.” Sushil Chaudhary pendiri dan pemimpin dari grup teater film digital Picture Time DigiPlex mengatakan kepada VOA dirinya gembira bahwa topik kontroversial ini sudah direkam di layar putih. “Dan ceritanya sangat berbeda dibandingkan film-film India lainnya. Cara direktur ini menangani film ini sangat menakjubkan, dan juga sangat peka. Film ini punya dampak besar dan mengingatkan saya akan “Schindler List,” sebuah film tahun 1993 tentang pebisnis Jerman yang menyelamatkan lebih dar 1000 warga Yahudi dari Holocaust Nazi. Di media sosial, komentator menggambarkan film ini sebagai film yang paling menohok tentang Kashmir. [jm/my]