Politics >> Voice of America


Dua Sekolah di Ibu Kota Afghanistan Jadi Target Pemboman


Link [2022-04-19 15:54:28]



Dua sekolah di ibu kota Afghanistan, Kabul, Selasa (19/4), menjadi target serangan bom. Polisi menyatakan, sedikitnya enam orang tewas dan 11 lainnya cedera akibat serangan yang terjadi di kawasan yang sebagian besar penduduknya adalah warga Syiah itu. Menurut juru bicara kepolisian Kabul, Khalid Zadran, jumlah korban diperkirakan akan meningkat, Serangan pertama terjadi di Sekolah Menengah Abdul Rahim Shaheed di lingkungan Dasht-e-Barchi di Kabul. Serangan berikutnya terjadi dekat sebuah sekolah lain yang terletak beberapa kilometer dari sekolah pertama. Jumlah korban sebetulnya masih simpang siur. Sejumlah penjaga di sebuah jalan sempit yang mengarah ke sekolah pertama mengaku kepada Associated Press bahwa mereka melihat 10 korban. Di dalam sekolah itu, seorang jurnalis video Associated Press melihat dinding-dinding berlumuran darah, buku catatan yang terbakar, dan sepatu anak-anak. Pasukan keamanan Taliban dilaporkan terlihat berusaha mengamankan lokasi. Kawasan di sekitar sekolah yang menjadi sasaran pengeboman dinyatakan tertutup sementara untuk umum. Beberapa saksi mata mengatakan, seorang pelaku serangan bom bunuh diri beraksi di dalam kompleks Sekolah Menengah Abdul Rahim Shaheed yang berlantai dua dapat menampung hingga 1.000 siswa. Belum diketahui pasti berapa banyak anak yang berada di sekolah itu pada saat ledakan terjadi. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, sekolah itu hanya mengajar siswa hingga kelas enam setelah penguasa garis keras Taliban Afghanistan kembali berjanji untuk mengizinkan semua anak perempuan bersekolah. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab. Daerah itu di masa lalu kerap menjadi sasaran kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Mereka menganggap Muslim Syiah sebagai orang sesat. [ab/uh]                                           a0198 Migration-Europe Frontex Laporkan Kenaikan Jumlah Migran Ilegal ke Uni Eropa   Jumlah migran yang mencoba memasuki Uni Eropa tanpa izin dalam tiga bulan pertama tahun ini meningkat ke level tertinggi sejak 2016, kata Badan Pengawasan Perbatasan Uni Eropa (Frontex), Selasa (19/4). Peningkatan signifikan itu bahkan tidak memperhitungkan masuknya para pengungsi dari Ukraina. Frontex memperkirakan bahwa lebih dari 40.300 migran ilegal berusaha memasuki 27 negara anggota Uni Eropa antara Januari dan Maret, naik 57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lebih dari 1 juta orang, sebagian besar dari Suriah tetapi juga banyak dari Irak, memasuki Uni Eropa pada tahun 2015. Kedatangan mereka memicu krisis politik besar di Eropa, bahkan hingga saat ini, karena negara-negara bertengkar tentang siapa yang harus mengurus mereka. Tahun ini, hampir 5 juta orang melarikan diri dari perang di Ukraina. Badan Urusan Pengungsi PBB mengatakan, Polandia telah menerima lebih dari setengah dari mereka sementara Hungaria telah menerima hampir setengah juta. Kedua negara itu menolak untuk diwajibkan menerima pengungsi dari Suriah dan Irak setelah tahun 2015. Frontex mengatakan jumlah orang yang berusaha memasuki Eropa tanpa izin melalui Balkan Barat lebih dari dua kali lipat pada kuartal pertama 2022. Badan itu mengatakan, lebih dari 18.300 orang terdeteksi berusaha masuk secara ilegal, dan sebagian besar berasal dari Suriah dan Afghanistan. Frontex juga mengatakan bahwa jumlah migran yang mencoba mencapai Inggris dengan melintasi Selat Inggris hampir tiga kali lipat pada awal 2022 menjadi hampir 8.900 dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu. Sekitar setengahnya berhasil dihalau untuk membatalkan usaha mereka. (ab/uh)



Most Read

2024-09-19 18:56:17