Ketika berbagai studio kembali merilis film-film mereka ke bioskop akhir tahun lalu, secara bersamaan varian omicron merebak. Itu memaksa mereka kembali meluncurkan film melalui platform streaming atau secara hibrida: di platform streaming sekaligus di bioskop. Dengan berubahnya cara penonton menyaksikan film-film rilisan baru, industri perfilman kini menghadapi pertanyaan penting: bagaimana cara mengukur kesuksesan box office ketika pandemi COVID-19 masih berlangsung? Spider-Man: No Way Home telah melampaui seluruh ekspektasi di box office. Menurut Forbes.com, film ketiga dalam franchise Spider-Man – yang dibintangi Tom Holland, Zendaya dan Benedict Cumberbatch – telah meraup $1,63 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) di seluruh dunia sejak dirilis di bioskop Desember lalu, menjadikannya film terbesar Sony sepanjang masa. Film itu belum dirilis di China. Editor penghargaan Variety’s Clayton Davis mengatakan, ada lebih dari satu alasan mengapa Spider-Man: No Way Home menjadi hit. “Meraup dua ratus enam puluh juta dolar pada akhir pekan perilisan film hanya berkat penonton anak-anak? Itu tidak mungkin. Saya rasa semua orang pergi ke bioskop untuk menontonnya, karena orang-orang bosan berada di rumah terus,” tukasnya. Sementara Richard Craig, lektor bidang komunikasi di George Mason University, mengatakan, “Orang-orang ke bioskop dengan ekspektasi bahwa menonton film ini di sana akan menjadi pengalaman luar biasa, dengan sistem suara mumpuni dari segala sudut. Anda berharap kualitas produksi film ini bagus. Anda berharap akting para pemainnya bagus.” Craig juga menyebut keberadaan penggemar lintas generasi berperan besar terhadap kesuksesan Spider-Man. “Banyak orang, seperti saya, tumbuh bersama Spider-Man, dan kini Anda punya generasi baru. Putra saya juga penggemat Spider-Man. Ada tiga adaptasi baru sosok Spider-Man (ke layar lebar) yang kita saksikan,” tambahnya. Menurut Insider.com, tiga film pemuncak daftar box office sepanjang tahun 2021 merupakan film-film Marvel yang memang diprediksi akan sukses besar, yaitu Spider-Man: No Way Home, Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings serta Venom: Let there be Carnage. Ketiganya hanya dirilis di bioskop, terlepas dari situasi pandemi yang naik-turun. Sedangkan film-film yang telah lama ditunggu, seperti The Matrix Resurrections arahan Lana Wachowski dan Dune besutan Denis Villenueve, dirilis secara hibrida: di bioskop sekaligus di platform streaming. Pendapatan kedua film tampak loyo di box office. Variety.com melaporkan, Denis Villenueve menyalahkan kinerja buruk Dune pada keputusan Warner Bros.’ untuk melakukan perilisan secara hibrida. Namun, Angela Watercutter dari Wired.com mengatakan, tidak ada metrik tunggal yang menentukan sukses-tidaknya suatu film yang dirilis secara hibrida di bioskop dan platform streaming, karena tidak jelas berapa banyak orang yang menontonnya di rumah, terlebih ada praktik berbagi akun platform streaming, sementara lainnya menonton film berhak-cipta melalui situs-situs “torrenting” yang menayangkannya secara gratis, praktik yang kerap dikaitkan dengan pembajakan. Richard Craig mengatakan, Hollywood harus menemukan cara-cara baru untuk mengukur kesuksesan dan meraih untung dari platform streaming, karena, ia yakin, layanan streaming akan langgeng, apalagi mengingat biaya operasional layar lebar yang tak sedikit, terutama kala pandemi. “Bahkan setelah COVID usai, apa masih masuk akal bagi mereka untuk mengarahkan kita ke bioskop dan memaksa kita untuk menonton film-film ini hanya selama tujuh sampai delapan minggu di lokasi tertentu? Atau jangan-jangan lebih menguntungkan bagi mereka untuk membiarkan kita menonton film-film ini di waktu luang kita, entah dengan cara berlangganan atau sejenis mekanisme periklanan pasar properti yang mereka buat?,” pungkasnya. [rd/ka]