Kementerian Luar Negeri China dan sebuah surat kabar resmi menuduh Amerika Serikat (AS) berencana mengganggu dan "menyabotase" Olimpiade Musim Dingin Beijing dengan membayar atlet dari beberapa negara untuk melakukan upaya setengah hati dalam kompetisi. Tuduhan itu dibuat seminggu sebelum Olimpiade dimulai di tengah ketegangan antara dua negara adidaya yang termasuk boikot diplomatik terhadap acara tersebut oleh AS, yang diikuti oleh beberapa negara lain. Ditanya tentang tuduhan China, Kedutaan Besar AS di Beijing pada Sabtu (29/1) menegaskan kembali posisi sebelumnya bahwa Washington tidak mengoordinasikan kampanye global mengenai partisipasi di Olimpiade. China Daily, sebuah surat kabar berbahasa Inggris yang dijalankan oleh Partai Komunis China yang berkuasa, pada Jumat (28/1) malam, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan AS memiliki rencana untuk "menghasut para atlet dari berbagai negara untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap China, bermain secara pasif dalam kompetisi dan bahkan menolak untuk ambil bagian." Sebagai imbalannya, katanya, Washington akan memberikan sejumlah besar kompensasi dan "memobilisasi sumber daya global" untuk membantu melindungi reputasi atlet yang memilih untuk bersaing secara pasif. Ditanya apakah Kementerian Luar Negeri China percaya tuduhan itu valid, seorang juru bicara kementerian mengatakan kepada Reuters pada Sabtu (29/1) bahwa laporan tersebut telah "mengungkap niat sebenarnya dari beberapa orang AS untuk mempolitisasi olahraga dan untuk menyabotase dan mengganggu Olimpiade Musim Dingin Beijing." Juru bicara itu mengatakan dia sangat mengutuk upaya beberapa orang AS untuk "membeli" atlet dan "menyebabkan masalah" selama Olimpiade, menambahkan bahwa upaya ini "ditakdirkan untuk gagal." Seorang juru bicara Kedutaan Besar AS mengatakan kepada Reuters melalui email pada Sabtu (29/1), "Kami tidak dan tidak mengoordinasikan kampanye global mengenai partisipasi di Olimpiade." "Atlet AS berhak untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas sesuai dengan semangat dan piagam Olimpiade, termasuk memajukan hak asasi manusia," kata juru bicara itu. AS pada Desember mengumumkan langkah boikot diplomatik terhadap ajang Olimpiade tersebut atas apa yang disebutnya sebagai "kekejaman" hak asasi manusia China, sebuah langkah yang diikuti oleh negara-negara sekutu, seperti Australia, Inggris dan Kanada. Namun langkah itu tidak mencegah atlet AS melakukan perjalanan ke Beijing untuk bersaing. China menolak tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan telah berulang kali mengecam politisasi Olimpiade. [ah]