China mengadakan pertemuan nasional besar-besaran minggu ini untuk mengoordinasikan implementasi rencana menstabilkan dan mendukung ekonomi yang terimbas kebijakan "nol-COVID". Pertemuan massal yang belum pernah terjadi itu diadakan di tengah bukti yang semakin banyak menunjukkan bahwa langkah ekstrem yang diambil negara guna menahan pandemi membebani ekonomi. Lockdown di seluruh negeri, terutama di pusat keuangan Shanghai, telah mengurung orang di rumah mereka, menangguhkan produksi pabrik dan mengganggu rantai pasokan. Pekan ini, bank investasi UBS memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China dari 4,2% menjadi 3% untuk tahun ini, mengutip risiko dari kebijakan COVID. JPMorgan juga menurunkan perkiraan pertumbuhannya menjadi 3,7%, dari 4,3%. Perkiraan ini jauh lebih rendah dari target pertumbuhan resmi China, sekitar 5,5%, tahun ini. Dalam telekonferensi dewan negara, Perdana Menteri Li Keqiang memperingatkan bahwa ekonomi berada pada "titik kritis" untuk menentukan trayektori positif pertumbuhan ekonomi tahun ini. Ia mendesak peserta agar memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk mendorong ekonomi "kembali ke jalurnya." Meskipun media pemerintah tidak merinci skala pertemuan itu, harian Economic Observer, media China, melaporkan bahwa semua pejabat di tingkat provinsi, kota dan kabupaten harus hadir. Jumlah mereka total lebih dari 100.000 orang. [ka/pp]