Bank Dunia sedang berusaha menyiapkan dana darurat sebesar $170 miliar untuk membantu negara-negara termiskin yang dilanda berbagai krisis, kata presiden bank itu, David Malpass, Senin (18/4). Utang yang tinggi dan inflasi "adalah dua masalah besar yang menghadang pertumbuhan global," katanya. Berbicara menjelang pertemuan musim semi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pekan ini, ia mengatakan, dana bantuan 15 bulan itu akan diberikan hingga Juni 2023 dan diambil dari dana penanggapan COVID-19 $157 miliar, yang berakhir pada Juni 2021. Malpass mengulangi keprihatinannya bagi negara-negara miskin yang menghadapi tingkat utang yang tinggi. Ia mencatat bahwa 60 persen negara-negara berpenghasilan rendah sudah menghadapi atau berisiko tinggi menghadapi kesulitan akan utangnya. IMF: Utang yang tinggi bisa perlambat pemulihan negara IMF, Senin (18/4) memperingatkan bahwa tumpukan utang dari bisnis dan individu di seluruh dunia bisa memperlambat pemulihan ekonomi dari krisis pandemi. Pemerintah mengambil langkah-langkah luar biasa untuk mendukung ekonomi mereka ketika COVID-19 menyebar dua tahun lalu, termasuk menangguhkan pembayaran utang atau menawarkan pinjaman berskala besar. Tetapi program-program ini, menurut IMF yang berbasis di Washington, menyebabkan tingkat utang yang lebih tinggi untuk beberapa sektor dan rumah tangga berpenghasilan rendah. Yang paling terganggu pandemi adalah sektor pariwisata dan restoran. Dalam laporan World Economic Outlook-nya, IMF mengatakan, beban utang itu bisa menghambat pertumbuhan di negara maju sampai 0,9 persen dan di pasar negara berkembang 1,3 persen dalam tiga tahun ke depan. [ka/jm]