Setelah Greysia Polii, pebulutangkis perempuan paling senior dalam tim nasional Indonesia, memutuskan untuk mengakhiri karir profesionalnya sebagai pemain, kini kekuatan skuad ganda putri tanah air otomatis bertumpu pada kekuatan sejumlah pemain muda. Apriyani Rahayu, yang bersama Greysia meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, kini menjadi harapan utama untuk meneruskan legasi yang diturunkan oleh seniornya terdahulu. Berpasangan dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti, 21, Apriyani, yang saat ini masih berusia 24 tahun, menunjukkan performa yang cukup menjanjikan dalam dua turnamen pertama mereka debut sebagai pasangan baru. Dalam gelaran Indonesia Master yang berlangsung dari 7 hingga 12 Juni, Apriyani dan Fadia mampu finish sebagai runner up, menyerah dari ganda putri nomor satu dunia asal China Chen Qingchen and Jia Yifan 21-18 and 21-12 di babak final. Tren positif berlanjut pada ajang Indonesia Open yang digelar minggu ini. Turnamen level super 1000 yang merupakan level tertinggi pada kompetisi bulutangkis dunia menyajikan tantangan tersendiri bagi Apriyani dan Fadia. Langkah mereka terhenti di perempat final setelah gagal membendung unggulan kedua asal Korea Selatan Lee So Hee dan Shin Seung Chan dalam pertandingan yang berlangsung straight set 21-14 dan 21-19. “Kami akan selalu belajar dengan pola permainan kami yang seperti tadi. Sebelum Indonesia Masters dan Indonesia Open kami sudah bersiap dan kami terus belajar dari kekalahan ini,” ujar Apriyani seusai laga perempat final yang digelar pada Jumat (17/6). “Pola permainan gak banyak berubah, cuma di poin penting (kami) kurang konsisten aja,” timpal Fadia. Selain berhasil mengantarkan mereka ke babak semi final, kemenangan yang diraih duo Korea Selatan itu berhasil menggenapi keberhasilan mereka mengalahkan tiga pasangan Indonesia di turnamen Indonesia Open tahun ini. Pada babak pertama, Lee dan Shin berhasil menumbangkan duet Ribka Sugiarto dan Febby Valencia Dwijayanti Gani. Di babak kedua, giliran pasangan Febriana Dwipuji Kusuma dan Amalia Cahya Pratiwi yang gagal membendung laju pasangan Korea tersebut. Pelatih ganda putri Indonesia Eng Hian mengaku cukup puas dengan hasil yang ditorehkan oleh anak didiknya di dua turnamen besar ini. Ia melihat beberapa pasangan menunjukkan perbaikan performa di turnamen Indonesia Open pada minggu ini. “Kami harapkan dari dua event ini mereka terus belajar untuk menghadapi event selanjutnya. Kami harap ganda putri hasilnya bisa lebih baik dan menghasilkan tidak hanya satu pasangan (top), kalo bisa ada dua hingga empat pasangan seperti sektor ganda putra,” kata Eng Hian. Eng Hian yang juga akrab disapa Koh Didi mempunyai catatan khusus atas penampilan Fadia di babak perempat final. Pria peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 mengatakan Fadia harus belajar menghadapi tekanan ketika bertanding di hadapan publik sendiri. “Bermain dengan atmosfer yang luar biasa ini tidak mudah. Bagi atlet ini bisa jadi bumerang. Seharusnya bisa bermain lebih tenang, polanya lebih pelan, tapi dengan atmosfer ini bisa berubah total karena mengikuti keinginan penonton. Ini yang harus dipelajari Fadia,” kata Eng Hian. Pujian untuk Apriyani dan Fadia Terlepas dari sedikitnya laga yang baru mereka jalani, penampilan Apriyani dan Fadia berhasil mencuri perhatian para lawannya. Shin Seung Chan mengatakan Apriyani dan Fadia memiliki potensi untuk menjadi pasangan top dunia di masa yang akan datang. Pebulutangkis Jepang Mayu Matsumoto memuji permainan Apriyani dan Fadia seraya mengatakan bahwa pasangan Indonesia itu memiliki gaya permainan yang cepat. “Saat berpasangan dengan Greysia, Apriyani cenderung bermain rally-rally (panjang). Dengan Fadia, permainan mereka lebih cepat dan lebih banyak menyerang,” ujar Matsumoto. Menimpali rekannya, Wakana Nagahara mengatakan Apriyani dan Fadia memiliki kesempatan untuk terus mengembangkan permainan mereka mengingat usia mereka yang masih muda. Matsumoto dan Nagahara harus mengakui keunggulan Apriyani dan Fadia di babak pertama Indonesia Open. Target Ganda Putri Kombinasi pasangan yang kini dimiliki skuad ganda putri tanah air memang didominasi oleh racikan baru. Pasangan Apriyani dan Fadia serta duet Ribka dan Febby baru menjalani debut mereka di dua turnamen di bulan Juni ini. Eng Hian sendiri memiliki target khusus untuk para anak didiknya. Khusus bagi Apriyani dan Fadia, ia ingin pasangan tersebut segera merangsek ke jajaran peringkat delapan besar dunia. “Target ganda putri sekarang adalah mengejar prestasi untuk menuju Olimpiade. Tapi dalam menuju Olimpiade itu ada turnamen grade A dan turnamen antara yang harus diikuti. Sekarang saya harus memperbanyak jumlah turnamen dulu untuk pemain-pemain saya.” “Yang paling penting juga adalah mengejar prestasi, turnamen banyak tanpa prestasi untuk apa? Selain memberikan kesempatan bertanding untuk mengejar ranking supaya pada Mei 2023 itu bisa ikut kualifikasi Olimpiade,” pungkas Eng Hian, merujuk pada Olimpiade Paris 2024. Ia menambahkan bahwa dirinya akan mulai memilah pasangan mana yang dipersiapkan untuk menuju kualifikasi Olimpiade Paris. Dengan rata-rata pasangan yang ada kini merupakan pasangan baru, Eng Hian memberikan kesempatan kepada para anak didiknya untuk dapat bersaing habis-habisan. “Saat sekarang sampai 30 April 2023 sebelum dimulainya kualifikasi (Olimpiade), saya akan memberikan persaingan yang rata karena ini bisa dibilang dari nol semua untuk ganda putri. Nanti pada 1 Mei 2023, saya akan memilih ada berapa pasang ganda putri yang qualified. Saya harap bisa banyak seperti ganda putra. Kalau semua sudah qualified, ya silahkan ngadu sendiri-sendiri,” pungkas Eng Hian.