Pada tanggal 31 Maret 2022, dalam wawancara eksklusif dengan jurnalis surat kabar The Sunday Times, Philip Sherwell, Menlu Joseph Wu memberikan pemaparan mengenai situasi Rusia dan Ukraina, ancaman Tiongkok, bantuan yang disalurkan Taiwan untuk Ukraina, hubungan Taiwan-Inggris, dan partisipasi internasional Taiwan. Menlu Joseph Wu menjelaskan Taiwan dan Ukraina sama-sama berada di garis terdepan dalam menghadapi otoritarianisme. Di saat Eropa sedang menghadapi tantangan militer Rusia, Tiongkok terus memperluas pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik, Afrika dan Eropa. Keberadaan Taiwan tidak hanya menyangkut perlindungan kedaulatan, kebebasan dan cara hidup yang demokratis, tetapi juga berkaitan dengan keberlangsungan demokrasi secara global. Dengan memperhatikan invasi Rusia terhadap Ukraina, Tiongkok mungkin sedang melakukan evaluasi ulang mengenai kemampuannya untuk menyerang Taiwan, dan reaksi dari komunitas internasional. Menlu Joseph Wu menegaskan negara-negara demokrasi harus bersatu, dan melalui invasi Rusia terhadap Ukraina akan ada semakin banyak negara yang memahami pentingnya Taiwan, dan meningkatkan dukungan terhadap Taiwan. Taiwan dan Ukraina tidaklah sama. Tiongkok dan Taiwan dipisahkan oleh laut, dan Taiwan memiliki peran penting dalam rantai pasokan teknologi mutakhir global. Hal tersebut akan mengakibatkan biaya yang timbul jika Tiongkok menyerang Taiwan semakin besar. Kemampuan perang Tiongkok secara keseluruhan lebih kuat daripada Rusia, tetapi dari perlawanan yang dilakukan Ukraina, Taiwan dapat mempelajari bagaimana sebuah negara kecil melakukan pertahanan dari serangan negara besar. Taiwan akan terus meningkatkan kemampuan perang asimetris, memperkuat kemampuan pertahanan seluruh masyarakat, dan melakukan dialog keamanan dengan Amerika Serikat serta negara-negara lainnya. Tidak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina, Presiden Biden segera mengirim utusan khusus untuk berkunjung ke Taiwan, untuk memperlihatkan dukungan AS. “Kami memiliki tekad untuk melindungi diri, dan saya yakin pada akhirnya demokrasi akan mengalahkan otoritarianisme,” ujar Menlu Jospeh Wu. Tiongkok menggunakan taktik “zona abu-abu” untuk menekan Taiwan. Tahun lalu, Tiongkok hampir 1.000 kali mengirim pesawat militer mengelilingi Taiwan, dan melancarkan ancaman keamanan non-konvensional, seperti melalui perang informasi, perang kognitif dan perang siber. Saat ini, Taiwan sedang berbagi pengalaman dengan Eropa mengenai disinformasi, perang kognitif, serangan siber, dan perang hibrida, untuk bersama-sama menghadapi ancaman keamanan modus baru. Invasi Rusia terhadap Ukraina telah mempererat hubungan dan kerja sama antara Taiwan dengan negara-negara demokrasi, dan meningkatkan kepentingan strategis. Menlu Joseph Wu menjelaskan Taiwan bersama negara-negara demokrasi telah memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia, dan masyarakat Taiwan sangat tersentuh dengan kegigihan Ukraina dalam melakukan perlawanan. Masyarakat Taiwan telah mengumpulkan donasi senilai USD 31 juta dan lebih dari 600 ton barang bantuan untuk disalurkan kepada Ukraina. Baru-baru ini, Inggris mengeluarkan Laporan Analisa Kebijakan Komprehensif, dan mengemukakan kebijakan Indo-Pasifik, yang memperlihatkan bahwa Inggris sangat memperhatikan kawasan tersebut, dan hubungan antar negara di dalamnya. Inggris juga telah mengirim armada kapal laut untuk melintas di kawasan Indo-Pasifik, serta bersama AS, dan Australia membentuk Pakta Keamanan Trilateral AUKUS. Hal tersebut memperlihatkan keinginan Inggris untuk memainkan peran yang lebih aktif di kawasan Indo-Pasifik.