Pada tanggal 20 Mei 2022 dalam wawancara eksklusif bersama jurnalis National Public Radio (NPR) Amerika Serikat, Steve Inskeep, Menlu Joseph Wu memaparkan ancaman Tiongkok terhadap Taiwan, hal-hal yang bisa dipelajari dari invasi Rusia terhadap Ukraina, serta pertahanan nasional Taiwan, dan dukungan Amerika Serikat terhadap Taiwan. Menlu Joseph Wu menjelaskan ancaman otoritarianisme Partai Komunis Tiongkok terhadap Taiwan semakin serius dari hari ke hari. Selain itu, Tiongkok saat ini sedang menghadapi tekanan masalah ekonomi dan politik dalam negeri, sehingga mereka ingin memanfaatkan isu menyerang Taiwan untuk mengalihkan perhatian, dan mencari kambing hitam. Menlu Joseph Wu menegaskan Tiongkok tidak pernah berkuasa atas Taiwan, dan mempertahankan status quo adalah kebijakan yang diterapkan oleh Taiwan selama ini. Tindakan intimidasi yang dilakukan Tiongkok tidak hanya meningkatkan rasa antipati masyarakat Taiwan, tetapi juga telah menyadarkan negara-negara demokrasi seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Eropa terhadap ekspansi otoritarianisme Tiongkok. Menlu Joseph Wu mengutip puisi seorang teolog Jerman bernama Martin Niemöller dengan judul “First they came...” yang menggambarkan bahwa apabila setiap negara bersikap tidak peduli terhadap pengrusakan yang terjadi di sekitarnya, pada suatu hari krisis tersebut akan menimpa diri mereka, dan saat itu sudah tidak ada orang yang dapat berdiri untuk bersuara. Negara-negara demokrasi harus saling membantu dan bekerja sama, memperhatikan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, demi melindungi nilai-nilai kebebasan dan demokrasi yang dijunjung bersama. Pemerintahan Presiden Biden memuji demokrasi di Taiwan, dan menggambarkan Taiwan sebagai “mitra penting di bidang keamanan dan perekonomian”. Kongres AS juga terus meluncurkan RUU dukungan terhadap Taiwan untuk memperlihatkan perhatian besar atas keamanan di Taiwan, dan hal tersebut memperoleh dukungan lintas partai. Pemerintah Tiongkok menyebarkan ujaran tidak masuk akal yang menyebutkan bahwa dukungan Amerika Serikat terhadap Taiwan akan menimbulkan ketegangan di Selat Taiwan, sedangkan pada kenyataannya sepak terjang seperti wolf warrior (prajurit serigala) yang dilakukan Tiongkok adalah sumber ketidakstabilan regional yang sesungguhnya. Bantuan Amerika Serikat agar Taiwan dapat memperoleh perlengkapan yang dibutuhkan untuk melindungi diri, serta pelaksanaan dialog keamanan bilateral secara rutin dan pertukaran tenaga teknis adalah untuk meredam ambisi Tiongkok menyerang Taiwan. Menghadapi kemungkinan terjadinya serangan oleh Tiongkok, Menlu Joseph Wu menjelaskan masyarakat Taiwan akan melaksanakan tanggung jawab melindungi diri. Taiwan memantau dengan cermat perkembangan situasi Rusia dan Ukraina. Tekad masyarakat Ukraina untuk melawan agresi otoritarianisme sangat memotivasi masyarakat Taiwan untuk melindungi tanah air. Kemampuan pertahanan masyarakat Ukraina dan pengembangan kemampuan perang asimetris yang sangat efektif sangat perlu dipelajari oleh Taiwan. Selain itu, Ukraina juga meningkatkan kerja sama keamanan dengan negara-negara demokrasi, sehingga memperoleh dukungan secara luas.